C. Sitoplasma

Sitoplasma (Greek: sito = sel, plasma = cairan/substansi) bukan merupakan substansi yang homogen dan terdiri dari bermacam-macam zat dan struktur yang berada dalam membran sel, kecuali materi nukleus (materi genetik). Dengan kata lain sitoplasma terdiri dari beraneka ragam mikrosom (Greek: mikro = kecil, soma = badan)/ organel-or ganel sel/ partikel subseluler yang sebagian besar adalah protein atau nukleoprotein dengan beberapa lipoprotein dan bahan-bahan lain. Beberapa dari partikel subseluler adalah:

  1. Ribosom

    Semua sitoplasma sel tampak seperti bergranula. Hal ini disebabkan karena adanya sejumlah partikel halus yang tersebar secara baur. Pertikel-pertikel tersebut dinamakan ribosom. Ribosom cenderung membentuk kelompok-kelompok dari bermacam-macam ukuran yang disebut poliribosom dan poliosom. Ribosom sebagian besar terdiri atas rRNA (ribosom RNA) dengan sedikit protein (ribonukleoprotein). Sekurang-kurangnya sebagian dari RNA ribosom adalah mRNA (messenger RNA). Dengan demikian, ribosom bertanggung jawab atas sintesis protein spesifik dari protein dan semua enzim.

  2. Nukleus

    Sel-sel prokariotik tidak mempunyai nukleus seperti pada eukariotik dengan membran nukleus yang jelas, yang ada adalah suatu daerah nukleus yang disebut nukleotid yang tidak ditutupi membran dan tidak mengadakan mitosis maupun meiosis. Pada bakteri DNA ekstrakromosom yang berbentuk seperti cincin kecil, dapat mengadakan replika secara autonom (tidak seirama dengan kromosom) dan dapat juga bertindak sebagai determinan genetik dan dinamakan episom atau plasmid.

  3. Spora

    Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel dan merupakan suatu stadium istirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah sehingga dapat bertahan hidup sampai bertahun-tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar. Bila keadaan lingkungan memungkinkan, spora tersebut akan mengadakan germinasi dan menjadi sel vegetatif yang sanggup tumbuh dan bermultiplikasi seperti biasa. Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis bagi bakteri, karena memungkinkan bakteri untuk hidup di lingkungan buruk. Hal ini penting bagi bakteri dalam tanah seperti Clostridium dan Bacillus yang sewaktu-waktu dapat menghadapi kekeringan. Pada saat itu, spora dapat terbawa oleh angin untuk berkembang biak di lingkungan yang baru.

B. Membran Sitoplasma


 

Membran sitoplasma disebut juga membran sel. Membran tersebut mempunyai 3 fungsi utama yaitu:

  1. Memelihara tekanan osmosis.

    Artinya membran sel bertindak sebagai penyangga osmotik (osmotic barrier) dan tidak permeabel terhadap zat-zat yang mengion dan zat yang tidak mengion yang molekulnya tidak lebih besar dari gliserof.

  2. Sistem transpor aktif.

    Berfungsi mengeluarkan enzim ekstraseluler dan zat-zat yang memelopori pembentukan dinding sel serta mengatur pemasukan garam-garam esensial, asam amino, dan gula-gula yang molekulnya lebih besar.

  3. Menyediakan tempat untuk reaksi utama enzim.

    Menyediakan tempat untuk reaksi-reaksi utama enzim yang berhubungan dengan metabolisme energi. Jika membran sel tersebut diperiksa secara tersendiri akan tampak partikel-partikel kecil yang bergagang pendek melekat pada sel. Partikel-partikel ini menyerupai partikel yang ditemukan dalam mitokondria pada sel-sel eukariotik dan mengandung aktivitas ATP-ase.

Susunan Tubuh Bakteri

Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Di luar dinding sel terdapat selubung. Sedangkan di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam (endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitokondria.

  1. Dinding Sel

    Dinding sel dari suatu bakteri menentukan bentuk dari bakteri. Meskipun tidak mengandung enzim dan tidak bersifat semipermeabel, namun dinding ini banyak diperlukan agar sel dapat berfungsi secara normal. Dinding selnya kaku sehingga memungkinkan bakteri mengatasi konsentrasi osmosis yang sangat berbeda-beda dan agar sitoplasma tidak mengembang melampaui batas dinding yang kaku itu. Bila dinding sel tersebut disingkirkan atau terbuat dari lemak dengan suatu enzim, maka sel itu akan terbungkus hanya oleh membrane sel. Bentuknya akan menjadi bulat dan akan pecah jika diletakkan di lingkungan yang hipotonis.

    Kekakuan kekuatan dinding sel terutam dihasilkan dari serat yang kuat yang umumnya tersusun dari heteropolimer yang disebut peptidoglikan atau mukopeptida (disebut juga glikopeptida, muropeptida, glikosamino-peptida, mukokompleks, murein, dan sebagainya.) Serat-serat tersebut membentuk anyaman yang kuat. Anyaman tersebut bukan merupakan bahan yang solid, sehingga tidak menghalangi masuknya air, zat-zat makanan seperti glukosa, mineral, asam amino, dan bahkan molekul-molekul yang lebih besar.

    Hasil analisis dari dinding sel menunjukkan bahwa susunan dinding bakteri Gram positif dan Gram negative itu tidak sama.

No.

Gram Positif

Gram Negatif

1.

Komponen terbesar terdiri atas mukopeptida.

Terdiri dari 3 lapisan:

  1. Lapisan dalam: mukopeptida
  2. Lapisan luar:- Lipopolisakarida

    -Lipoprotein

2.

Pada beberapa bakteri terdapat asam teikhoik.

Tidak ada asam teikhoik.

3.

Mukopeptida mengalami lisis oleh lisozim.

Lisozim melunakkan dinding sel, deterjen mengadakan disorganisasi dinding dengan merusak lapisan lipida.

4.

Dinding sel tebal.

Dinding sel tipis.


 


 


 


 


 


 


 


 

Monera

Monera berasal dari bahasa Yunani, Moneres berarti tunggal. Monera meliputi organisme yang memiliki struktur tubuh amat sederhana, yaitu terdiri atas sel-sel primitive dan bersifat prokariotik. Sel prokariotik adalah sel yang inti selnya tidak memiliki membrane(pro=belum; kariot=selaput inti/membrane inti). Monera adalah salah satu dari kingdom yang ada saat ini. Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah Archaebacteria, Eubacteria, dan Cyanobacteria.


 


 


 


 


 

    

  1. Archaebacteria
  • Berasal dari kata Archaea yang artinya nenek moyang.
  • Diduga sebagai makhluk hidup tertua yang hidup di bumi.
  • Dinding sel tidak memiliki peptidolikan, yaitu polimer dari karbohidrat dan protein.
  • Hidup di tempat ekstrem.
  • Terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Termofil—hidup pada lingkungan yang bersuhu sangat tinggi. Contoh: Pyrolobus fumarii


    2. Halofil—hidup pada lingkungan dengan kadar garam yang tingi, contoh: Halobacterium halobium

    3. Metanogen—hidup di lumpur dasar danau, rawa-rawa, dan saluran pencernaan hewan dan manusia, membebaskan

    gas metan sebagai hasil metabolisme.

  1. Eubacteria
  • Berasal dari kata bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil.
  • Ciri-ciri bakteri: -tubuhnya tersusun atas 1 sel (uniselular)

    -hidup sendiri-sendiri/ berkelompok

    -tidak memiliki kloroplas

    -berkembang biak secara paraseksual (secara generatif) dan aseksual (membelah diri)

    -ada yang bersifat parasit, ada yang bersifat saprofit

-hidup di mana-mana, mulai dari daerah tropis sampai daerah kutub

  • Bentuk bakteri: kokus, basil dan spiril.

Perbedaan Antara Archaebacteria dengan Eubacteria:

Archaebacteria

Eubacteria

Tidak mempunyai peptidolikan pada dinding sel.

Mempunyai peptidolikan pada dinding sel.

Hidup di daerah ekstrem

Hidup di daerah di mana makhluk hidup tinggal.

Mempunyai membran sel yang bercabang.

Membran sel tidak bercabang.


Persamaan Antara Archaebacteria dengan Eubacteria:

Archaebacteria

Eubacteria

Bentuknya bervariasi.

Sama-sama prokariotik.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Bacteria

The bacteria are a large group of unicellular microorganisms without membrane-bound organelles in their cytoplasm(prokaryotes). They live at anywhere, include in the extreme area, growing in soil, acidic hot springs, radioactive waste, water, and deep in the Earth's crust, as well as in organic matter and the live bodies of plants and animals. Bacteria are one of the Monera groups. The study of bacteria is known as bacteriology, a branch of microbiology. The vast majority of the bacteria in the body are rendered harmless by the protective effects of the immune system, and a few are beneficial. However, a few species of bacteria are pathogenic and cause infectious diseases. In developed countries, antibiotics are used to treat bacterial infections and in agriculture, so antibiotic resistance is becoming common. In industry, bacteria are important in sewage treatment, the production of cheese and yoghurt through fermentation, as well as in biotechnology, and the manufacture of antibiotics and other chemicals.

Things You Should Know About Viruses...

  • it can cristalize.
  • it does not affected by antibiotic.
  • it's so small and can't be viewed without the help of electron microscope( it's smaller than bacteria.)
  • it has characteristic of the parasite.
  • it has no medicine to kill it, but has vaccine that can weaken it.
  • it's only live at life creature.
  • it does not do the metabolism.
  • only consist by DNA/RNA.
  • it can spread through air, water and soil.
  • it can destroy the cell in lysis phase.

New, Faster Way To Diagnose, Fight Flu ScienceDaily (Aug. 18, 2009) —



Researchers at Emory University are using a new and faster method of rapidly producing highly targeted monoclonal antibodies for use in diagnostic tests as well as a temporary therapy to stave off infectious diseases such as the H1N1 (swine flu) virus.

Rafi Ahmed, PhD, director of the Emory Vaccine Center and a Georgia Research Alliance Eminent Scholar, and his collaborators generated high-affinity monoclonal antibodies against a strain of the influenza virus only a month after vaccinating human volunteers.

This new, timely technique allows researchers to quickly generate human antibodies against a pandemic flu strain as a stopgap therapy or to protect people from infection.

The antibodies, which can be isolated from a small amount of blood of humans infected with the virus, could be targeted against H1N1 and rapidly reproduced to detect or attack the virus. The monoclonal antibody technology was described last year in the journal Nature and is being developed in collaboration with scientists at the University of Chicago.

Not only is the new method quicker and less cumbersome, the researchers' new technique could be applied to almost any infectious disease, says Ahmed.